[sambungan]
Biki, di pihak lain, percaya penuh bahwa pergerakan bumi, bulan, dan matahari sudah bisa dihitung.
Ilmu astronomi, bagi Biki, sudah lama mampu menentukan kapan bulan baru
muncul, kapan matahari berada di atas ubun-ubun, kapan dia tenggelam,
dan kapan fajar mulai menyingsing. Perhitungan, menurut Biki, tidak
tergantung pada keadaan cuaca mendung, hujan, gelap, dan terlepas dari
subjektifitas pengamatan panca indra. Karena itu Biki tidak merasa
bermasalah dengan menggunakan kalender dan jadwal shalat untuk
menentukan ritme ibadahnya.
Siapa yang benar, Amir atau Biki?
Boleh jadi dua-duanya. Karena masing-masing
memiliki dasar yang mereka pegang teguh
Bagaimana dengan kita?
Kemungkinan kita bukan di pihak yang
benar. Mengapa? Karena kita tidak konsisten, alias plin-plan. Kita
membedakan 1 Ramadhan dan 1 Syawal dari yang lain. Di sini kita hanya
sreg dengan rukya. Tapi untuk penentuan nisfu sya'ban, 10 Dzulhijjah,
hari-hari tasyrik (dan tanggal lain seperti 1 Muharram, 17 Rabi'ul-awal,
dsb.) kita oke-oke saja dengan kalender. Untuk 'Idl-Adha malah kita
merasa aneh kalau beda dengan di Mekkah, tapi untuk puasa tidak merasa
janggal jika berbeda dengan Saudi Arabia.
Malah, setelah ber-rukya untuk penentuan 1 Ramadahan, kita
beralih ke "jadwal imsakiah" untuk menentukan buka puasa. Jadwal ini
jelas hasil hitungan, bukan pengamatan mata. Bukan hanya itu, sering
kita malah mengandalkan adzan dari tv atau radio untuk mulai buka puasa.
Siapa jamin bahwa stasiun tv/radio melantunkan adzan pada saat yang
tepat? Begitu juga adzan di mesjid, yang juga mengandalkan jadwal, siapa
jamin bahwa jam di mesjid akurat?
Dan jujur saja, ketika kita kembali ke hari-hari biasa, kita akan
lihat jadwal shalat untuk menentukan kapan kita akan mulai shalat.
Atau adakah di antara kita yang mengecek letak matahari di atas kepala, atau memeriksa panjang bayangan kita?
Amir dan Biki, dua-duanya boleh jadi benar. Biarpun berbeda, mereka konsiten.
Kita ... tampaknya hanya memilih-milih apa yang kita sukai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar