Sabtu, 28 Juli 2012

Kehilangan makna Ramadhan 2/3

[sambungan]

 2. Bulan Ramadhan adalah juga sarana mengintensifkan ibadah. Tetapi tampaknya kita keliru menyamakan “intensif” itu dengan “ramai”, bukan “giat”. Kita lihat misalnya shalat tarawih. Jelas, masjid-masjid di bulan Ramadhan menjadi lebih ramai. Orang berbondong-bondong menunaikan ibadah tarawih. Yang kita lihat lagi adalah bagaimana para imam memimpin shalat dengan kecepatan luar biasa. Surat al-Fatihah dibaca dengan kecepatan turbo: dari awal hingga akhir dalam satu tarikan nafas, tanpa jeda di antara ayat-ayatnya. Kemudian perpindahan gerakan pun tidak kalah cepatnya. Makmum jumpalitan untuk bisa mengimbangi sang imam, tanpa sempat membaca bacaan shalat. Apalagi menghayati isi dan maknanya.

Pengeras suara di mesjid pun ramai saling bersahutan. Seolah-olah masjid saling berlomba untuk melihat siapa yang paling ramai dan paling cepat selesai.

Shalat adalah dialog antara kita dengan Allah. Begitukah kita melakukan percakapan dengan Pencipta kita? Dengan teriak-teriak dan tergopoh-gopoh?

[bersambung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar