Selasa, 13 November 2012

Mencari kepuasaan dunia 5

[... sambungan]

Lantas, haruskah aku berdoa agar bisa mendapat mobil super ini. Hm, aku mulai merenung. Selama ini aku sudah mengejar kepuasan demi kepuasan. Ketika aku sampai di satu level, aku pikir tujuanku telah tercapai, dan tidak perlu yang lebih daripada itu. Tetapi ternyata, selalu ada level lain di atasnya, yang mensirnakan rasa puasku.

Entah di mana semua level ini berujung. Jangan-jangan tidak ada akhirnya.

Kalau aku punya supercar, jangan-jangan aku nanti iri sama yang punya jet pribadi. Jangan-jangan aku malu kalau tetap harus antri check-in dan boarding di bandara, sementara yang punya pesawat pribadi berjalan lewat sambil tersenyum sinis.

Terus kalau aku punya pesawat pribadi? Mungkin tetap minder sama yang punya airlines sendiri ... roket antariksa ... dst. ... dst. ...

Mungkin sudah saatnya untuk menikmati dan mensyukuri apa yang sudah aku dapat. Percuma kalau aku punya sesuatu tapi tidak bisa menikmatinya. Tampaknya definisiku tentang bahagia harus diubah, dari "memiliki sesuatu" menjadi "bisa menikmati apa yang sudah dimiliki".

[selesai]

Senin, 12 November 2012

Mencari kepuasaan dunia 4

[... sambungan]

Tampaknya aku beruntung. Sebuah sedan 3600 cc sekarang menjadi milikku. Mobil yang bisa menyalip semua yang lain di jalan tol. Mobil yang membuat satpam dan tukang parkir mengeluarkan senyum palsunya. Mobil yang pantas diparkir di hotel bintang lima, mall kelas satu, dan perkantoran ternama.

Tentu saja sekarang aku punya supir. Tempat nongkrongku pun sudah pindah ke cafe, terutama yang duduk-duduk di luar menikmati udara senja.

Mobilku? Ya parkir berderet bersama mobil sesamanya. Dan di sinilah aku mulai melihat, biarpun mobilku keren, dia tetap hanya satu dari sekian banyak model yang sama. Mobilku tetap saja adalah produk massal, bukan sesuatu yang istimewa.

Orang-orang di cafe tidak akan memperhatikan mobilku. Kalaupun iya, hanya melirik sebentar, lantas sibuk lagi dengan minuman, bacaan, atau obrolannya.

Lain kalau yang datang parkir itu Ferrari, Lamborghini, atau Aston Martin. Semua mata langsung beralih ke sana. Semua menanti siapa yang keluar dari supercar ini. Kemudian semuanya saling berbisik "Eh, itu si itu, si ini."

Wah benar-benar jadi perhatian, dan seolah-olah orang bicara tentang manusia dari level yang berbeda. Sedan 3600 cc-ku mengalami degradasi yang mematikan.

Minggu, 11 November 2012

Mencari kepuasaan dunia 3

[... sambungan]

Pelan-pelan tetapi ada hal yang menggangguku. Di jalanan, aku banyak diklakson mobil lain dari belakang. Aku dianggap terlalu pelan, dan menghambat kendaraan lain untuk melaju.

Ya mau gimana, mobilku cc-nya kecil, tenaga kudanya sedikit. Tidak bisa melaju super kencang. Apalagi di jalan mendaki dan berkelok-kelok.

Aku mulai merasa terhina ketika di jalan tol tampaknya semua mobil lain menyalipku. Ketika mereka lewat, raungan mesin mereka seolah-olah meledek: "Selamat tinggal Keong Pelan! Coba susul kalau bisa!"

Aku mulai malu kalau bawa mobil kecilku ke mall, gedung bertingkat, atau lobby hotel. Para satpam di gerbang tampak tersenyum-senyum kalau memeriksa mobilku. Beda sekali dengan sikap hormat mereka ketika mendapati sedan mentereng.

Yang paling menyedihkan ketika harus parkir. Malu rasanya kalau harus parkir di antara dua mobil mewah, atau di deretan mobil-mobil mahal. Kalau melihat mobilku ada di situ, kontras sekali. Orang bisa berpikir: "Orang udik mana nih yang nyasar ke sini?"

Sekali lagi aku melamun, alangkah bangganya kalau aku punya mobil mewah dan keren. Sedan 3000cc lah, atau SUV yang gagah dan disegani. Akan hilang semua kehinaan dan permaluan yang aku alami.

Sabtu, 10 November 2012

Mencari kepuasaan dunia 2

[... sambungan]

Tetapi kebahagiaanku tak berlangsung lama. Di jalan aku mulai merasakan betapa banyaknya asap knalpot yang aku hirup. Betapa bahayanya aku ketika di kiri kanan terjepit mobil-mobil besar. Dan ketika hujan, motorku harus menyerah, demi kesehatan badan, dan demi keawetan motor itu sendiri.

Aku juga merasa bahwa aku tidak bisa bawa banyak barang dengan motor. Apalagi kalau bawa istri dan anak, tak ada lagi kenyamanan di jalan.

Aku mulai iri pada yang punya mobil. Mereka tetap bisa jalan biarpun hujan; tetap bisa ngadem biarpun panas terik, berkat AC; bisa mengangkut banyak orang dan barang tanpa harus desak-desakan.

Sekali lagi harapanku terkabul. Kini aku punya mobil, kecil tapi bisa muat 6 atau bahkan 7 orang. Biarpun 1000cc, masih handal untuk jalan jauh, bahkan mudik lintas pulau pun ok. Hujan panas tak lagi jadi rintangan.

Belanja pun bukan masalah. Bagasi mobilku muat banyak barang. Kalau isteri beli jemuran pun, masih muat. Pokoknya, dunia baru lah. Selamat tinggal parkiran motor!

Jumat, 09 November 2012

Mencari kepuasaan dunia 1

Aku pulang pergi kerja naik kendaraan umum. Bukan karena suka, tapi karena terpaksa. Terpaksa untuk menerima segala akibatnya. Mulai dari berdesak-desakan, kepanasan, berdiri hingga berjam-jam. Belum dihitung risiko kecopetan, dioper, dan berbaur dengan segala macam bau keringat orang.

Karena itu mimpiku sederhana saja: sebuah motor bebek. Sebuah kendaraan yang sederhana tapi bisa membebaskanku dari semua siksaan ini. Dengan motor aku bisa pergi ke mana saja, pake rute apa aja, dan jam berapa aja.

Syukurlah, doaku terdengar olehNya. Kini sebuah skuter mengantarku ke mana-mana. Tak ada lagi ngejar-ngejar bus, nunggu kopaja ngetem lama, atau kebingungan ketika malam terlalu larut sampai tak ada angkot yang lewat.