Jumat, 27 Juli 2012

Kehilangan makna Ramadhan 1/3

1. Bulan Ramadhan adalah saat kita menahan diri dari makan dan minum. Tetapi paradoksnya, justru konsumsi makanan di bulan puasa bisa jadi lebih banyak daripada di bulan-bulan lain. Kita lihat hidangan-hidangan lezat bermunculan di bulan puasa. Kemudian beberapa harga bahan makanan malah meningkat, yang menunjukkan naiknya permintaan di pasar. Pasar dan swalayan malah jadi makin ramai, apalagi menjelang lebaran.

Dengan kata lain, kita hanya menahan diri di siang hari, tetapi melampiaskan diri di saat lainnya. Jadi volume konsumsi kita sebenarnya tetap (atau malah meningkat) hanya jadwalnya saja yang berubah. Sarapan atau makan siang bergeser ke sahur, makan malam ke maghrib.

Ramadhan sebagai wahana latihan menguasai diri, tampaknya menjadi terlewatkan. Kita tetap tidak bisa menahan diri, menahan emosi, atau menahan amarah.

[bersambung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar